SUKABUMI, (PRLM).- Puluhan
tahun kesenian tardisional Jipeng (Tanji dan Topeng) di Kampung Adat Gede
Kasepuhan Banten Kidul Ciptagelar tidak tersentuh program pemerintah akhirnya
dapat diwariskan ke generasi muda melalui Program Pewarisan Kesenian Tradisional.
Bahkan kesenian buhun (tua) bukan hanya dapat dimainkan generasi muda, tapi
juga pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat melalui Balai
Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat dapat merealisasikan penggantian alat musik
Jipeng yang pernah dimainkan secara lengkap terakhir kali tahun 1940.
“Program (Pewarisan
Kesenian Tradisional) yang dilakukan pemerintah seperti ini yang kami harapkan
sejak dulu. Kalau mengenai tradisi turun temurun bercocok tanam ataupun adat
istiadat dapat kami lakukan, tetapi yang berkenaan dengan kesenian kami menemui
kendala. Terutama dalam hal peralatan keseniannya,” ujar Abah Ugi yang dikenal
dengan sebutan Abah Anom, sesepuh adat Kampung Adat Gede Kasepuhan Banten
Kidul, yang membawahi 586 Kampung Adat Kasepuhan, dalam sambutannya pada
pegelaran Kesenian Tradisional Jipeng hasil Program Pewarisan Kesenian
Tradisional yang bertepatan dengan tradisi Malem Opat Welasan.
Kegembiraan
masyarakat Kampung Adat Kasepuhan Banten Kidul karena dapat menyaksikan kembali
kesenian tradisional Jipeng dengan menggunakan alat kesenian lengkap seperti
terakhirkali ditampilkan pada tahun 1940an, diungkapkan Kepala Balai
Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Dra. Hj. Rosdiana Rachmiwaty, merupakan
keberhasilan program yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2007. “Dibutuhkan
tenaga, waktu dan pikiran cukup panjang untuk menjadikan bentuk kesenian buhun
dalam kondisi puluhan tahun lalu dalam masa kekinian secara lengkap,” ujar
Rosdiana, mewakili Kadisparbud Jabar Drs. Nunung Sobari yang berhalangan hadir.
Kesenian Jipeng
merupakan kesenian tradisional di Kampung Adat Gede Kasepuhan Banten Kidul
Ciptagelar, di Kamp. Sukamulya Ds. Sirnaresmi, Kec. Cisolok, Kab. Sukabumi,
yang menampilkan Barisan Tatabeuhan dengan memainkan lagu-lagu buhun seperti,
Jiro, Kipas Kirey, Adem Ayem, Peuyeum Gaplek, Mapay Rokok dan lainnya. Sejak
puluhan bahkan seratus tahun silam dengan menggunakan alat trombone, klarinet,
bariton, coronet, snare dan bas drum (sebagai terbang) dimainkan mengiringi
upacara tradisi Ngaseuk, Turun Nyambut, Mipit,Mocong, Ngunjal, Nganyaran,
Ponggokan, Serentaun, hajatan agustusan, taun baru, mulud, dan lain-lain.
Terakhir tampil
dengan menggunakan alat lengkap tahun 1940-an, karena kondisi usia alat warisan
Belanda yang mengalami rusak, satu persatu alat musik dipensiunkan. “Terakhir
dipaksakan dimainkan pada tahun 2004 pada acara Seren Tahun, itupun tidak utuh
dan baru tahun ini Jipeng kembali tampil dengan alat utuh berkat Taman Budaya,”
ujar Abah Ugi, yang berharap usia alat musik Jipeng akan bertahan lama sampai
ke anak cucunya kelak
Jumat, 09 November 2012
Kampung Adat Ciptagelar Lestarikan Kesenian Jipeng
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar